Cerita Bubuksah-Gagang Aking[1]
mengkisahkan tentang dua bersaudara yang bertapa di lereng timur Gunung Wilis.
Dari lokasi pertapaan mereka dapat dilihat dengan jelas pasar Kota Daha yang
terletak di tepi bengawan. Begitupula suasana di bengawan yang cukup ramai, berlayar
perahu hilir-mudik dari pelabuhan Daha. Bubuksah membangun tempat bertapa di
sebelah timur, sedangkan kakaknya Gagang Aking bertempat di sebelah barat
(Sulistyanto, 2000).
Sungai Brantas di daerah Jong
Biru dan Kota Kediri terlihat dari Gua Selobale
(Foto
oleh: Novi, 16 Juli 2011) |

Keberadaan dua buah kompleks gua pertapaan di Gunung
Klotok dapat dihubungkan dengan tempat pertapaan dalam cerita Bubuksah-Gagang
Aking. Gua Selobale dapat diidentifikasi sebagai lokasi bertapanya Gagang
Aking. Sedangkan Gua Selomangkleng Kediri diidentifikasi dengan tempat
bertapanya Bubuksah, karena lokasi gua ini berada di sebelah timur Gua
Selobale. Dapat dilihat, bahwa setting cerita
Bubuksah-Gagang Aking berada di wilayah Kediri,
tepatnya di Gunung Klotok, lereng timur Gunung Wilis, yang masuk wilayah Kota
Kediri (Yamin, 1962). Dari penjelasan cerita tersebut sangat jelas, bahwa
Kota Kediri dan sebagian Kabupaten Kediri dahulu bernama Daha.
Daftar Rujukan:
NB. Munib.
2011. Dinamika Kekuasaan Raja Jayakatyeng
di Kerajaan Glang-Glang Pada Tahun 1170-1215 Saka: Tinjauan Geopolitik. Malang: FIS UM Sulistyanto, B. 2000. Mitos Bubuksah Kajian Struktural Dan Maknanya. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta, No.10
[1] Cerita Bubuksah-Gagang Aking dijadikan
salah satu adegan relief cerita pada dinding Candi Penataran dan Candi
Surawana.