Oleh: NB. Munib
|
Gunung Kelud dilihat dari atas Kali Bladak (10 Mei 2008) |
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung suci dari
sembilan gunung suci di Jawa. Perihal kesuciannya tersebut diabadikan dalam
Kitab Tantu Panggelaran. Kitab ini berasal dari tahun 1557 Saka (1635 M). Dalam
kitab ini diceritakan tentang proses pemindahan Gunung Mahameru oleh para dewa dari tanah
Jambudwipa ke
pulau Jawa, dan terbentuknya gunung-gunung di Jawa. Beginilah kisahnya:
Col andap kulwan, maluhur
wetan ikang nuşa jawa; yata pinupak sang hyang mahāmeru, pinalih mangetan.
Tunggak nira hana kari kulwan; matangnyan hana argga kelāça ngarannya mangke,
tunggak sang hyang mahāmeru ngūni kacaritanya. Pucak nira pinalih mangetan,
pinutĕr kinĕmbulan dening dewata kabeh; runtuh teka sang hyang mahāmeru. Kunong
tambe ning lĕmah runtuh matmahan gunung katong; kaping rwaning lmah runtuh
matmahan gunung wilis; kaping tiganing lmah runtuh matmahan gunung kampud;............
(Pigeaud, 1924).
Terjemahan dalam
bahasa Indonesia:
Dilepaskan
turun di sebelah barat, menuju ke timur pulau Jawa. kemudian dilepaslah Sang
Hyang Mahameru, dipindah ke timur. Dasarnya tertinggal di barat. Oleh sebab itu
terciptalah gunung yang bernama Kailaca nanti. Mengenai Sang Hyang Mahameru
beginilah ceritanya. Puncaknya dipindah ke timur, dikitari oleh semua para
dewa; runtuh dari Sang Hyang Mahameru. Setelah jatuh ke tanah terciptalah
Gunung Katong;
yang kedua tanah jatuh menciptakan Gunung Wilis; yang ketiga tanah runtuh
tercipta Gunung Kampud;....….(Munib, NB, 2011).
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa sekitar abad 16-17
nama “Kelud” belum digunakan. Gunung Kelud merupakan runtuhan ketiga setelah
Gunung Wilis dari rentetan guguran Sang Hyang Mahameru yang dipindahkan oleh para Dewa dari tanah India
ke tanah Jawa. Dahulu Gunung Kelud disebut dengan nama “Gunung Kampud”. Jadi,
sebagai salah satu bagian dari Sang Hyang Mahameru maka Gunung Kelud adalah
gunung suci bagi umat Hindu. Kesucian tersebut dapat pula dilihat dari
ditemukannya reruntuhan bangunan suci di lereng-lerengnya. Sebagai contoh adalah
Candi Penataran, Candi Wringinbranjang, dan Candi Gambarwetan, serta beberapa pusat
kerajaan yang tumbuh kembang di sekitarnya. Sebutlah, Kerajaan Panjalu di
nagara Daha berkembang pesat di lembah barat Gunung Kelud.
Tahun 1256 Saka (1334 Masehi) Gunung Kampud meletus hebat. Peristiwa ini diabadikan dalam Kitab Nagarakrtagama Pupuh I baris 4, diperingati sebagai tanda-tanda kelahiran Raja Hayam Wuruk. Isinya sebagaimana berikut:
Ring sakarttu sarena rakwa ri wijil nrpati telasinastwaken prabhu,
An garbbheswara natha ring kahuripan wihaga nirana-manusadhuta,
Lindhung bhumi ketug hudan hawu gereh kilatawiletaning nabhastala,
Guntur tang himawan ri kapudananang kujana kuhaka mati tan pagap.
Artinya:
Pada tahun saka Rttusarena—1256
(1334 Masehi) lahirlah baginda yang dinobatkan menjadi raja,
Sejak dalam kandungan di
Kahuripan telah ada tanda-tanda baginda orang yang luar biasa,
Gempa, bumi bergoncang, hujan
abu, gemuruh, halilintar, kilat bersambung di langit,
Gemuruh suara gunung Kampud
bergetar banyak orang-orang yang hina dan jahat mati tak berdaya (Riana, 2009).
Ternyata letusan Gunung Kelud tahun 1256 Saka ini direkam pula oleh Kitab Pararaton. Jika Nagarakrtagama (I:4) menyebut gunung yang meletus dengan nama Kampud, lain halnya dengan Pararaton. Kitab yang selesai di tulis tahun 1535 Saka tersebut, hanya menyebut peristiwa "guntur pabanyu pindah i saka 1256" (letusan air berpindah pada tahun saka 1256).
Apa yang disebut "pabanyu pindah" merupakan peristiwa terlemparnya (meluap) air danau kawah Gunung Kelud saat letusan terjadi. kemudian pada tahun 1298 Saka terjadi peristiwa "gunung hanyar" (Padmapuspita, 1966). Baik peristiwa pabanyu pindah maupun pagunung hanyar merupakan kejadian alam yang terjadi pada Gunung Kelud.
Peristiwa meluapnya air danau kawah Gunung Kelud sering melanda daerah Kediri maupun Blitar saat terjadi letusan. Letusan tahun 1919 (meninggal sekitar 5160), dan 1966 (meninggal sekitar 210) adalah contoh letusan yang banyak memakan korban pada abad 20 lalu. Sedangkan tahun 1951 (meningal 7) walaupun ada namun lebih sedikit dibandingkan dua tahun lainnya. Hal ini dikarenakan volume air danau kawah tahun 1951 lebih sedikit dari pada dua tahun lainnya. Sedangkan letusan tahun 1990 (meninggal 32) dengan volume air lebih kecil dari tahun 1951, ternyata merenggut nyawa lebih besar. Namun hal tersebut bukanlah dikarenakan banjir lahar air danau kawah, melainkan sebaran rempah-rempah(abu, pasirm kerikil dan batu) yang tidak teredam air danau dengan maksimal menjadi lebih luas. Korban meninggal lebih disebabkan runtuhnya rumah pengungsian yang ditinggali, karena atap bangunan tidak mampu menahan banyaknya rempah-rempah vulkanik.
Peristiwa gunung hanyar ternyata terulang pada tahun 2007 lalu. Peristiwa lahirnya anak Gunung Kelud tersebut direkam dengan seksama. Dengan ini fenomena munculnya gunung baru di Gunung Kelud tidaklah hanya terjadi sekali saja. Namun jauh pada tahun 1298 Saka (1376 Masehi) telah terjadi fenomena serupa (gunung beranak).
Daftar Rujukan:
Munib, NB. 2011. Dinamika Kekuasaan
Raja Jayakatyeng di Kerajaan
Glang-Glang Tahun 1170-1215 Çaka: Tinjauan Geopolitik. Skripsi. Malang: FIS
UM
Padmapuspita, 1966. Pararaton. Yogyakarta: Taman Siswa
Pigeaud, Th G T. 1924.
De Tantu Panggelaran. Leiden: s’Gravenhage, Nederl. Boek en Steendrukkerij voorheen H.L. Smits.
Riana,
IK. 2009. Kakawin Desa Warnnana uthawi
Nagara Krtagama: Masa Keemasan Majapahit. Jakarta: Kompas