Minggu, 03 Maret 2013

PERCABANGAN SUNGAI BRANTAS


oleh : Novi BmW

Percabangan Bengawan Brantas
Gara-Gara Prasasti Kamalagyan (959 Saka/1037 Masehi) pada artikel terdahulu, maka kita akan membahas beberapa permasalahan percabangan Bengawan Brantas.  Permasalahan seperti benarkah debit air Sungai Mas dahulu lebih besar daripada Sungai Porong? Jika benar, sejak kapan debit air Sungai Porong lebih besar dari pada Sungai Mas? Mari kita keluarkan beberapa fakta yang memusingkan kepala gara-gara Prasasti Kamalagyan pada artikel sebelumnya.

Faktanya sekarang Bengawan Brantas bercabang menjadi tiga di sekitar daerah Mlirip, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Namun dalam Prasasti Kamalagyan disebutkan bahwa dahulu Bengawan telah terpecah menjadi tiga alur di sekitar Krian Sidoarjo. Sebenarnya ada dua kemungkinan yang bisa dikembangan terhadap informasi tersebut:

1.Bengawan Brantas memang bercabang di sekitar Mlirip seperti sekarang. Yang dimaksud “bangawan” dalam Prasasti Kamalagyan adalah cabang Bengawan Brantas yang sekarang kita sebut Sungai Mas. Jadi yang terpecah menjadi tiga di Wringinsapta adalah Sungai Mas kuno. Sehingga selain Sungai Mas dan tiga pecahannya, Bengawan Brantas juga masih memiliki cabang lain yang sekarang kita sebut sebagai Sungai Porong. Namun sungai terakhir ini dalam Prasasti Kamalagyan tidak disangkut pautkan sama sekali, karena kejadian hanyalah permasalahan di Sungai Mas.

2.“Bengawan” yang dimaksud Prasasti Kamalagyan memanglah merujuk pada Bengawan Brantas inti. Jadi dahulu percabangan memang terdapat di sekitar Waringinsapta dan terpecah menjadi tiga aliran seperti informasi Prasasti Kamalgyan. Aliran ke utara adalah aliran utama dengan debit air yang paling besar. Kemudian cabang yang ke timur adalah yang paling kecil debit airnya, dan terakhir adalah aliran ke arah tenggara (selatan) dengan debit air terbesar ke dua setelah aliran yang ke utara.
Percabangan di Waringinsapta
 
Kemungkinan mana yang lebih mendekati kebenaran??mari kita lihat fakta-fakta yang berada dalam beberapa sumber sejarah berikut ini:

1.    Prasasti Kudadu (1216 Saka/1294 Masehi)

Prasasti ini merupakan hadiah untuk penduduk Desa Kudadu yang telah membantu pelarian narāryya Sanggramawijaya pada saat Kerajaan Tumapel dihancurkan oleh serangan Kerajaan Glang-Glang. Pelarian narāryya Sanggramawijaya dari kejaran pasukan Jayakatyeng tersebut merekam adanya percabangan Bengawan Brantas di daerah deltanya. Informasi tersebut terekam  dengan baik sebagaimana berikut:

Lempeng IV verso:
.... ya ta matangyan kari ta çri mahārāja i rabut carat, makawasanang gumintir angalor datĕng i pamwatan apajĕg loring lwah ....

Lempeng V verso:
....ri tka çri mahārāja pwe kembang çri, amanggih ta sira çatru muwah, binuru ta sira muwah, irika ta çri mahārājanalayu mangalor amgat bangawan sahabalanira kabeh .... (Yamin, 1962).

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Lempeng IV verso:
.... itulah sebabnya maka Çri Maharaja tinggal di Rabut Carat, dan setelah itu pergi ke utara menuju ke Pamwatan Apajeg, di utara Sungai...

Lempeng V verso:
.... sesampainya Çri Maharaja di Kembang Çri[1] bertemu lagi beliau dengan para musuhnya[2], diburulah beliau oleh mereka, ketika Çri Maharaja lari ke arah utara, menyeberang bengawan bersama pengikutnya semua .... (Munib, NB. 2011).

Istilah “lwah” pada lempeng IV Prasasti Kudadu, menunjuk pada Sungai Porong lama. Sedangkan istilah “bangawan” pada lempeng V Prasasti Kudadu, menunjuk pada Sungai Mas[3]. Perbedaan istilah antara “lwah” dengan “bangawan” menunjukkan bahwa debit air yang dialirkan “lwah” lebih sedikit daripada “bangawan” yang oleh Zoetmulder (1995) diartikan sebagai sungai besar. Hal ini menunjukkan bahwa volume air di Sungai Porong dahulu lebih kecil dari pada Sungai Mas (Munib, NB. 2011).

2.    Prasasti Canggu (1280 Saka/1358 Masehi)

Keberadaan pelabuhan sungai di sepanjang tepian Bengawan Brantas dan Bengawan Solo terekam dalam Prasasti Canggu (1280 Çaka). Pada lempeng ke-5 disebutkan nama-nama desa pelabuhan (naditira pradeça) di tepi Bengawan Brantas dan Bengawan Solo. Jika lempeng ke-4 dari prasasti ini dapat ditemukan, maka jumlah pelabuhan di tepi Bengawan Brantas dapat ditelusuri lebih lengkap dari daerah hulu hingga hilir. Adapun nama desa-desa pelabuhan dalam Prasasti Canggu (1280 Çaka) adalah sebagai berikut:

Lempeng 5 sisi depan (recto):
1. Nusa, i tĕmon, parajĕngan, i pakatekan, i wunglu, i rabutri, i bañu mŗdu, i gocor, i tambak, i pujut,
2. i mirĕng, ing dmak, i klung, i pagdangan, i mabuwur, i godong, i rumusan, i canggu, i randu gowok, i wahas, i nagara,
3. i sarba, i waringin pitu, i lagada, i pamotan, i tulangan, i panumbangan, i jruk, i trung, i kambang çri, i tda, i gsang, i
4. bukul, i çurabhaya, muwah prakāraning naditira pradeça sthānaning anāmbangi….. (Pigeaud, 1960).

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Lempeng 5 sisi depan (recto):
1. Nusa, di Temon, Parajengan, di Pakatekan, di Wunglu, di Rabut Ri, di Banu Mrdu, di Gocor, di Tambak, di Pujut,
2. di Mireng, di Dmak, di Klung, di Pagdangan, di Mabuwur, di Godong, di Rumusan, di Canggu, di Randu Gowok, di Wahas, di Nagara,
3. di Sarba, di Waringinpitu, di Lagada, di Pamotan, di Tulangan, di Panumbangan, di Jruk, di Trung, di Kambang Çri, di Tda, di Gsang, di
4. Bukul, di Çurabhaya, Juga segala macam masalah di wilayah pinggir sungai tempat penyebrangan......(ganti pelabuhan di sepanjang Bengawan Solo)(Munib, NB. 2011).

Keterangan dari Prasasti Kamalagyan (959 Çaka), Prasasti Kudadu (1216 Çaka) dan Prasasti Canggu (1280 Çaka) menunjukkan bahwa kemungkinan ke dua yang lebih nyata, yaitu Bengawan Brantas bercabang menjadi tiga di Waringinsapta. Dilihat dari penyebutan dalam Prasasti Canggu (1280 Çaka) hanya dua cabang yang besar dan dapat dilayari hingga pedalaman. Setelah menyebut Waringinsapta, dalam Prasasti Canggu langsung menyebut nama desa pelabuhan Lagada, Pamotan, dan Tulangan. Jika dirunut, maka setelah menyebutkan Waringinsapta penyebutan dimulai dari salah satu muara cabang Bengawan Brantas. Pamotan dapat diidentifikasi dengan Pamwtan Apajeg dalam Prasasti Kudadu (1216 Çaka), sekarang menjadi Desa Pamotan, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan Tulangan sekarang menjadi nama desa dan Kecamatan Tulangan (Munib, NB. 2011).

Setelah menyebut nama desa pelabuhan Tulangan berganti ke cabang Bengawan Brantas berikutnya. Dimulai dari Panumbangan yang diidentifikasi sebagai Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo. Kemudian Jruk sekarang menjadi Desa Jeruklegi, Kecamatan Balongbendo. Lalu Trung sekarang menjadi Desa Terung di Kecamatan Krian. Kambang Çri menjadi Desa Bangsri masuk wilayah Kecamatan Sukodono. Adapun Tda masih belum dapat ditemukan, kemungkinan desa ini berada di Kecamatan Taman[4]. Setelah Tda kemudian menuju Gsang yang diidentifikasikan dengan daerah Pagesangan. Desa pelabuhan Bukul dapat dihubungkan dengan Kelurahan Bungkul[5]. Dan terakhir pada muara Bengawan Brantas cabang utara adalah desa pelabuhan Çurabhaya yang kini menjadi ibukota Propinsi Jawa Timur (Munib, NB. 2011).
Perkiraan Tiga Percabangan Bengawan Brantas kuno

Dilihat dari peta topografi, terlihat bahwa terdapat bekas meander aliran Bengawan Brantas yang kini telah mati di sekitar Deltanya. Hal ini membuktikan bahwa dahulu telah terjadi perpindahan aliran Bengawan Brantas. Bekas aliran dan meander-meander tersebut telah menjadi daerah pemukiman dan persawahan penduduk. Contoh menarik yang dapat membantu menguak percabangan Bengawan Brantas adalah bekas meander di Mojokerto

Di Kota Mojokerto Bengawan Brantas bertemu dengan Sungai Brangkal. Adanya bekas meander disebrang pertemuan tersebut terlihat bahwa dahulu pertemuan tersebut membentuk sebuah aliran yang mengarah ke utara, yaitu menerobos Desa Terusan, menuju Desa Sidoharjo, berbelok ke timur ke Desa Penompo, kembali lagi ke arah utara menuju Desa Canggu dan Jetis, kemudian ke arah timur menuju Surabaya. Di Desa Jetis Bengawan Brantas bertemu (tempuran sungai) dengan Sungai Marmoyo (Sungai Jetis), dimana Desa Canggu terletak persis terapit pada pertemuan sungai tersebut (Munib, NB. 2011).

Perpindahan aliran sungai memang sudah biasa terjadi baik yang terjadi secara alami maupun atas usaha manusia. Tergolong perpindahan aliran seperti apakah Bengawan Brantas, dan sejak kapan itu terjadi???

Perpindahan aliran Bengawan Brantas di Mojokerto tersebut ternyata tidaklah terjadi secara alami, namun merupakan hasil usaha manusia. Peristiwa perpindahan aliran tersebut dapat dikaitkan dengan upaya penaklukan Surabaya oleh Kesultanan Mataram pada tahun 1625 Masehi. Nasution (2006) merujuk pada Graaf (1974) menceritakan proses terjadinya peristiwa tersebut sebagai berikut:
”...pasukan Mataram bergerak maju melalui Japan (Mojokerto) ke Terres atau Terusan dan mereka bertahan untuk beberapa waktu. Dari sini pasukan Mataram melakukan satu teror dengan membendung sungai. Hanya sedikit air yang dialirkan. Air yang mengalir sedikit ini dikotori dengan keranjang-keranjang yang berisi bangkai dan buah aren, yang diikat pada tonggak-tonggak di dalam sungai. Karena sumber air yang digunakan masyarakat Surabaya pada masa itu adalah Kalimas, maka penduduk Surabaya banyak yang menderita penyakit perut, gatal-gatal, demam, dan batuk-batuk. Akibat dari blokade, para pembesar Surabaya akhirnya menempuh jalan damai, yakni dengan mengirim utusan yang di-pimpin oleh Raden Pekik. Maksud kedatangan Raden Pekik ini disambut baik dan akhirnya sejak tahun ini Surabaya berada dibawah panji-panji Kerajaan Mataram hingga tahun 1743.”

Saya rasa kemungkinan kedua lebih mendekati kebenaran, bahwa setidaknya dahulu sebelum tahun 1625 Masehi Bengawan Brantas masih bercabang di sekitar Waringinpitu, Sidoarjo. Tahun 1625 Masehi aliran utama Bengawan Brantas dipindahkan dengan paksa pada Desa Terusan, Mojokerto. Aliran yang ke utara (Sungai Mas/Sungai Surabaya) hanya mendapat asupan dari Sungai Marmoyo (Sungai Jetis), sehingga debit air sungai yang menuju Surabaya sangat kecil dibandingkan sebelumnya. Aliran utama Bengawan Brantas pada peristiwa 1625 Masehi tersebut barulah berpindah ke aliran yang sekarang kita sebut sebagai Sungai Porong.
Bekas meander Aliran Bengawan Brantas kuno
Sekian saja ya…pembahasan tentang percabangan Sungai Besar Brantas, jika ada kurang lebihnya saya minta maaf sebagai manusia. Jika ada yang berminat meneruskan penelitian percabangan Sungai Brantas di Mlirip silahkan. Proyek Bendungan Mlirip Raya bisa digali sejak kapan dibangun. Masa Kolonial membuat proyek apa agar Sungai Mas (Sungai Surabaya) mendapat asupan air yang lebih besar?? Bagaimana nasib Sungai Terung sebagai salah satu cabang dari Brantas?? Sejak tadi yang dibahas hanya masalah Sungai Mas dan Porong saja…. Selamat rekreasi, inovasi dan berkreasi...Smangat!!!!!

Daftar Rujukan:
Nasution, 2006. Ekonomi Surabaya Pada Masa Kolonial 1830-1930. Surabaya: Intelektual
Munib, NB. 2011. Dinamika Kekuasaan Raja Jayakatyeng di Kerajaan Glang-Glang Pada Tahun 1170-1215 Saka: Tinjauan Geopolitik. Malang: FIS UM
Pigeaud, Th G T. 1924. De Tantu Panggelaran. Leiden 
Yamin, H.M. 1962. Tatanegara Majapahit: Sapta Parwa, I.Djakarta:Prapantja


[1] Sekarang masih ada toponimi namanya menjadi Desa Bangsri di Kecamatan Sukodono, Kabuaten Sidoarjo
[2] Pasukan Jayakatyəng
[3] Sungai Mas bermuara di Selat Madura, wilayah Surabaya
[4] Dari desa pelabuhan Panumbangan (Desa Penambangan) hingga Tda (di wilayah Kecamatan Taman)  termasuk wilayah Kabupaten Sidoarjo
[5] Pagesangan masuk di Kecamatan Gayungan, Surabaya selatan, dan Bungkul berada di Kecamatan Wonokromo, Surabaya tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar