Senin, 25 Februari 2013

Kesucian Gunung Penanggungan

Oleh : Novi BmW

Gunung Penanggungan
(Foto : Novi BmW, 17/12/2007)
Gunung Penanggungan merupakan salah satu gunung suci dari sembilan gunung suci di Jawa. Perihal kesuciannya tersebut diabadikan dalam Kitab Tantu Panggelaran. Kitab ini berasal dari tahun 1557 Saka (1635 M)[1]. Dalam kitab ini diceritakan tentang proses pemindahan Gunung Mahameru oleh para Dewa dari tanah Jambudwipa[2] ke pulau Jawa, dan terbentuknya gunung-gunung di Jawa. Beginilah kisahnya:
Col andap kulwan, maluhur wetan ikang nuşa jawa; yata pinupak sang hyang mahāmeru, pinalih mangetan. Tunggak nira hana kari kulwan; matangnyan hana argga kelāça ngarannya mangke, tunggak sang hyang mahāmeru ngūni kacaritanya. Pucak nira pinalih mangetan, pinutĕr kinĕmbulan dening dewata kabeh; runtuh teka sang hyang mahāmeru. Kunong tambe ning lĕmah runtuh matmahan gunung katong; kaping rwaning lmah runtuh matmahan gunung wilis; kaping tiganing lmah runtuh matmahan gunung kampud; kaping pat ing lmah runtuh matmahan gunung kawi; kaping limaning lmah runtuh matmahan gunung arjuna; kaping nĕm ing lmah runtuh matmahan gunung kumukus.
Goweng sisih ring iswar dening runtuh sang hyang mahāmeru, yata condong mangalwar pangadĕgnira, (molah pukah pucaknira). Yata inadĕgakĕn dening watĕk dewata pucak sang hyang mahāmeru. Ih pawitra ling ning dewata kabeh; yata ring pawitra ngaranya mangke pucak sang hyang mahāmeru kacaritanya ngūni.......(Pigeaud, 1924).
Terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Dilepaskan turun di sebelah barat, menuju ke timur pulau Jawa. kemudian dilepaslah Sang Hyang Mahameru, dipindah ke timur. Dasarnya tertinggal di barat. Oleh sebab itu terciptalah gunung yang bernama Kailaca nanti. Mengenai Sang Hyang Mahameru beginilah ceritanya. Puncaknya dipindah ke timur, dikitari oleh semua para dewa; runtuh dari Sang Hyang Mahameru. Setelah jatuh ke tanah terciptalah Gunung Katong[3]; yang kedua tanah jatuh menciptakan Gunung Wilis; yang ketiga tanah runtuh tercipta Gunung Kampud[4]; yang ke empat pada tanah yang runtuh tercipta Gunung Kawi; yang kelima tanah runtuh menciptakan Gunung Arjuno; yang keenam tanah runtuh menciptakan Gunung Kamukus[5].
                Rusaklah bagian bawah setelah runtuhnya Sang Hyang Mahameru, lebih ke arah utara berdiri tegak (bagian potongan puncaknya). Di sanalah berdiri tempat para dewa di puncak Sang Hyang Mahameru. Di pindah ke Pawitra maksud para dewa semua, disebut Pawitra nanti puncak Sang Hyang Mahameru, seperti diceritakan tadi....….(Munib, NB. 2011).
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa nama “penanggungan” belum umum digunakan, dalam Tantu Panggelaran masih digunakan nama “pawitra”. Pada Prasasti Cunggrang (851 Saka) peninggalan Raja Sindok, di sebutkan pula nama “pawitra” berkenaan tentang banguna-bangunan suci di lereng timur Gunung Pawitra[6].

Gunung Penanggungan merupakan runtuhan ketujuh setelah Gunung Kamukus (Welirang) dari rentetan guguran Sang Hyang Mahameru yang dipindah dari india ke tanah Jawa. Jadi, sebagai salah satu bagian dari Sang Hyang Mahameru maka Gunung Penanggungan adalah gunung suci bagi umat Hindu. Kesucian tersebut dapat pula dilihat dari ditemukannya bangunan suci berupa reruntuhan bangunan suci di lereng-lerengnya, seperti Pathirtan Belahan (Sumber Tetek), Pathirtan Jolotundo, dan masih banyak lagi reruntuhan bangunan suci di lereng hingga puncak Gunung Penanggungan. 
Sumber Tetek
(Foto : Novi BmW, 14/03/2009)
Dahulu di lereng barat Gunung Penanggungan pernah berdiri pusat pemerintahan Raja Airlangga, yang bernama wwatan mas. Hingga kini bangunan benteng serta gapura megah masih tetap kokoh berdiri di Desa Wotanmasjedong, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto. Bangunan tersebut adalah situs Gapura Jedong atau lebih dikenal masyarakat dengan nama Candi Jedong.
Situs Wotanmas Jedong
(Foto : Novi BmW, 14/03/2009)
Konsep terciptanya deretan gunung di pulau Jawa, yaitu proses pemindahan Gunung Meru dari India ke Jawa sepertinya adalah upaya pemindahan kosmologi Hindu-India ke Hindu-Jawa. Kesucian gunung-gunung di tanah Jawa sama dengan kesucian Gunung Meru. Puncak Meru yang disebut “Kailaca” sama dengan kesucian Gunung Pawitra, karena menurut kosmologi Hindu-Jawa, Pawitra merupakan puncak Kailaca yang dipindah ke Pulau Jawa. Kondisi fisik Gunung Penanggungan pun serupa dengan konsep Meru yang memiliki lima puncak, dimana empat puncak yang lebih rendah mengelilingi puncak tertingginya.
Rujukan:
Brandes, J.L.A. 1913, Oud Javaancshe Oorkonden, Albrecht & Co, Batavia
Pigeaud, Th G T. 1924. De Tantu Panggelaran. Leiden: s’Gravenhage, Nederl. Boek en Steendrukkerij voorheen H.L. Smits. 
Munib, NB. 2011. Dinamika Kekuasaan Raja Jayakatyeng di Kerajaan Glang-Glang Tahun 1170-1215 Çaka: Tinjauan Geopolitik. Skripsi, Malang: FIS UM
 
NB : Tulisan ini merupakan hasil "Migrasi" dari www.artiistilah.blogspot.com (alm)

[1] Terdapat pada penutup kitab “tlas (s)inurat sang hyang tantu panglaran ring karangkabhujanggan kutritusan, dina u(manis) bu(dha) madangsya, titi sasi kasa, rah 7, tengek 5, rsi pandawa buta tunggal(1557)”(Pigeaud, 1924)
[2] Nama kuno wilayah India
[3] Nama kuno Gunung Lawu
[4] Nama kuno Gunung Kelud
[5] Nama kuno Gunung Welirang
[6] Bangunan karsyan yang di sebut “Sang hyang dharmmacrama ing pawitra” dan sebuah pemandian suci yang disebut“sang hyang tirtha pancuran ing paawitra” (Brandes, 1913)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar